Sabtu, 10 Januari 2009

THE PASPORT

Jumat kemarin adalah hari yang cukup merepotkan buat saya. Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya mengurus sebuah kartu ajaib yang bisa membawa saya ke luar dari negeri ini (bukan, saya bukan benci dengan Indonesia dan berniat untuk eksodus ke Amerika atau negara-negara ‘utara’ yang lebih menjanjikan kemakmuran), tentu saja jika ditambah dengan tiket pesawat di tangan. Paspor. Yah, saya berurusan dengan paspor. Dan untuk apa sebenarnya paspor ini, nanti akan ada sebuah kuis trivia mengenai hal ini. Itupun jika ada yang tertarik menjawabnya.

*** *** ***

Dimulai dengan browsing tentang bagaimana cara mengurus paspor dan di mana saja saya bisa mengurusnya. Ada yang bilang : di kantor imigrasi ya, Sam. Bukan di kantor pajak! Ok, saya pun bukan jenis manusia sedongo itu. Saya masih cukup pintar untuk bisa membedakan yang namanya NPWP dan PASPOR. Dari browsing di internet itu, plus bertanya langsung ke kantor imigrasi berkat bantuan telkom 108 (thanks to mbak operator yang bersuara ‘saya-masih-belum-budeg-kaleee’) bisa saya ketahui bahwa dibutuhkan fotokopi KTP, fotokopi Kartu Keluarga, fotokopi ijazah atau akta kelahiran dan surat rekomendasi dari atasan (bagi pegawai baik hati seperti saya tentunya ^_^) untuk syarat permohonan pembuatan paspor. Ups, saya lupa menyebutkan satu lagi. Biaya pengurusan sebesar sebesar 270 ribu rupiah PLUS uang jajan beberapa ratus ribu untuk mempercepat proses pengurusan. Ah, birokrasi memang mahal.

Mengistilahkan kota Bekasi dan Karawang, boleh dibilang seperti antara Carrefour dengan Indomaret. Tapi saya heran kenapa di Bekasi tidak ada kantor imigrasi dan justru di Karawang ada. Anda juga heran? Tidak usah terlalu dipikirkan, nanti jadi beban. Dan faktor saya pernah tinggal di Karawang untuk beberapa tahun lamanya sampai saya hapal betul kebiasaan norak (sebagian) orangnya yang sukanya berdesakan ga jelas di satu-satunya pusat perbelanjaan yang ada di situ setiap akhir pekan atau gaya pakaian anak mudanya yang, mau jadi gaul ga harus gitu kali, bro. Makanya saya lebih memilih mengurus di sini karena mengenal medan daripada mengurus di Jakarta yang mungkin hanya akan menghasilkan dua bencana bagi saya, tersesat di zona labirin kantor imigrasi yang berbelit-belit sehingga paspor saya bisa-bisa jadinya tahun baru 2010 dan uang pelicin yang jauh lebih mahal, mengikuti UMR DKI Jakarta! No way!

Memasuki kantor imigrasi kelas II Karawang saya tidak terlalu gentar seperti ketika memasuki kantor Polres Metro Bekasi yang secara biadab dijejali oleh oknum-oknum calo haus uang saat menebus STNK lantaran motor ditilang polisi tanpa saya bisa mencerna dengan akal sehat kenapa itu semua bisa terjadi. Biadab. Polisi itu biadab. Saya langsung menuju ke loket satu, di mana seorang laki-laki paruh baya berperawakan gemuk sedang menikmati makan siangnya. Sebut saja namanya Pak Cuy. Saya sudah menghubunginya sebelum ke sini dan sudah pula membicarakan masalah pemrosesan via jalan tol (semoga ini bukan tol dalam kotaJakarta. Tidak ada bedanya dengan jalan biasa. Macettt!). Ketika dia tahu bahwa saya bekerja di pajak, wajahnya langsung sumringah seolah kita sudah saling kenal selama sepuluh tahun lamanya. Kenyataannya saya baru melihat muka chubby-nya beberapa menit yang lalu. Alasannya sederhana. Dia punya seorang sahabat kental yang juga bekerja di kantor pajak. Haha…untuk hal yang satu ini saya suka. Mungkin jika saya mau sedikit berlebihan dengan mengaku sebagai keponakan pak SBY, bukan hanya wajah sumringah yang saya dapat. Tapi pengurusan paspor kilat satu jam jadi! Lha, tapi kalau ternyata dia penggemar berat Megawati atau Gus Dur bagaimana? (saya belum memikirkan reaksinya :p)

Setelah beberapa menit bernegosiasi santai (saya berusaha membawa suasana sesantai mungkin untuk meluluhkan hatinya dan demi mendapatkan harga yang ideal untuk paspor saya nanti) berkas permohonan saya pun diterima. Dia berjanji senin siang, saya bisa datang lagi ke situ untuk menjalani proses wawancara dan foto untuk kemudian officially have that stuff. Dengan syarat saya harus membawa semua dokumen asli yang dibutuhkan; KTP, Kartu Keluarga (KK) dan Ijazah atau Akta Kelahiran.

Dan di sinilah masalahnya timbul. Yang mana tidak lain dan tidak bukan adalah : KK SAYA HILANGGGGGG!!! Seingat saya (bohong! Saya hampir tidak pernah ingat di mana saya meletakkan barang-barang saya), saya meletakkannya di dalam laci meja kerja saya di kantor bersama dokumen-dokumen penting macam riwayat pendidikan dan perkerjaan saya. Iya, saya meletakkanya di situ. Tapi kenapa kemarin saya obrak-abrik seisi laci tidak ada? Laci satunya tidak ada. Di berkas kepegawaian saya juga tidak ada. Mencoba berpikir positif, saya ganti mencarinya di kamar kos. Mengeluarkan hampir seluruh baju di lemari dan masih dengan pikiran positif saya coba mengecek kolong kasur dengan senter. NIHIL! Huaaaaaaaaaa….!!! #_# Pikiran positif saya mendadak meleleh. Saya kesal. Putus asa. Di manakah benda itu??? Di manakah dirimu berada di saat krusial seperti ini?!? Dimannnaaa?!!!? Saya benar-benar benci dengan kepikunan ini! Adakah kiranya obat yang bisa mereduksi penyakit ‘pikun dini’ ini? Ente jual ane beli dah. Zerius, ane zuzur.

Sampai sekarang saya masih berusaha keras mengingat-ingat dan mengobrak-abrik tempat lain yang memungkinkan benda itu berada di situ. Kecuali satu, kamar mandi :p.

Hari senin hanya berjarak dua hari dari sekarang, sabtu. Dan saya tidak tahu apa yang bakal terjadi jika KK itu benar-benar tidak saya temukan (Allah pasti membantu hambaNya dengan caraNya. Saya yakin). Apakah permohonan pembuatan paspor saya ditolak. Atau saya terpaksa harus mengeluarkan lagi uang ekstra sebagai ganti saya tidak menyerahkan salah satu dokumen asli yang disyaratkan. Selain disuruh melayani nafsu bejat salah satu petugasnya (hoh segitunya kah???), jika itu memang jalan yang diberikan Allah buat saya untuk bisa membuat paspor, saya akan penuhi. Demi. Demmmiiii…..

Trivia quiz :

Dalam rangka apakah Samhoed mengurus paspor?

a. Dia bosan jadi bendahara dan memutuskan untuk mengadu nasib jadi TKI di Arab dengan

resiko dicambuk, dilecehkan dan tidak digaji berbulan-bulan.

b. Sewaktu jalan di Bali Samhoed bertemu dengan tante bule koaya raya yang bersedia

mengabulkan apapun yang dia inginkan, asal dia mau jadi gundiknya.

c. Terobsesi berat dengan Frandz dan Kurt (novel Honeymoon with my brother) yang rela

keluar dari kerjaan mapannya, menjual rumahnya dan mulai berkeliling dunia

dengan uang pesangonnya. Walaupun Samhoed sadar dia tidak mempunyai dua hal

di atas. Kerjaan mapan dan rumah mewah. Dengan kata lain, gembel aja belagu!

1 komentar:

Agung_pradeka mengatakan...

hi, mau share pengalaman aja. aku dulu buat paspor sehari jadi. believe it or not, dengan biaya yang lebih murah daripada harus nunggu seminggu... hehehe.

So... jawaban trivianya apaan tuh? hehehe? jd penasaran